Prediksi penurunan ekspor pada 2012 mendatang, diyakini tidak akan menurunkan produksi dalam negeri sehingga dampak dari penurunan produksi, seperti pengangguran tidak akan terjadi.
Penurunan ekspor ini adalah salah satu dampak dari krisis global yang masih belum menemukan jalan keluarnya
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro mengatakan, penurunan permintaan ekspor ini masih akan tertutup dengan dengan konsumsi domestik yang tinggi, sehingga produksi masih akan bisa dijaga.
"Tidak akan menurunkan produksi, karena itu kita akan terus genjot konsumsi domestik. Masih ketutup dengan konsumsi domestik ini," ujar Bambang ketika ditemui di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (8/12/2011)
Lebih lanjut dia menjelaskan, penurunan ekspor ini memang akan memberikan dampak pada penurunan PDB (Pendapatan Domestik Bruto) namun sambungnya penurunan PDB akan didongkroak kembali oleh investasi yang akan terus ditingkatkan.
Sebelumnya, Negara maju saat ini sedang mengkaji ulang GSP (Generalized System of Prefences) atau fasilitas pembebasan biaya masuk untuk negara berkembang. Hal ini dilakukan karena dampak krisis global yang saat ini masih terjadi.
Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung mengatakan, dengan direvisinya GSP ini akan memberikan dampak penurunan ekspor Indonesia pada 2012.
"Karena situasi negara Eropa sulit, fasilitas itu di review tidak semua negara diberikan. Kemungkinan Indonesia tidak dapat lagi fasilitas itu karena Indonesia sudah negara middle income," jelasnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, fasilitas GSP ini bertujuan untuk menolong negara berkembang meningkatkan ekspor ke Eropa. Namun karena adanya krisis global, fasilitas ini dikaji ulang dan akan memberikan dampak kepada Indonesia dengan terkoreksinya kontribusi ekspor terhadap GDP yang berkurang 0,2-03 persen.
Idris Rusadi Putra - Okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar